Sabtu, 20 Maret 2010

REKONSTRUKSI NILAI BUDAYA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL

A great civilization is not conquered from without
until has destroyed itself from within
W. Durant


Determinisme kebijakan nasional Indonesia lebih banyak ditentukan oleh dua hal: kepentingan aktor-aktor global (Barat dan anti-Barat), dan kepentingan-kepentingan elit berselubung kekuatan primordial dan keormasan (jejaring organisasi massa, agama, suku, dan seterusnya), maupun yang bersifat komprador terhadap kekuatan asing. Keindonesiaan sebagai sebuah semangat perjuangan bersama sebuah bangsa itu sendiri gagal ditangkap sebagai roh dan menggerakkan sumbu-sumbu roda kehidupan bersama Indonesia.

Situasi kontemporer menunjukkan betapa persilangan dan benturan agenda-agenda elitis dan agenda asing itu telah mengantar hidup bersama ke dalam tiga tantangan:

a.Kebangsaan
Ada keraguan massif tentang mimpi bersama yang harus diperjuangkan sebuah bangsa bernama Indonesia, bahkan gagasan konsolidasi hidup bersama dalam wadah bangsa itu sendiri diragukan. Bangsa adalah arena menyambung massa demi kepentingan-kepentingan

b.Kebudayaan
Rusaknya gagasan hidup bersama sebagai satu perjuangan, satu nasib satu penanggungan, menghancurkan tata keutamaan hidup bersama yang bersemayam dan termanifestasi dalam kebudayaan. Developmentalisme Negara Orde Baru menghasilkan kehancuran massif pondasi kebudayaan demi alasan-alasan kepentingan nasional. Rasionalisasi masyarakat merubah kebudayaan dari epik menjadi etnik, yang tunduk pada agenda kekuasaan instrumental. Tradisi bukan lagi reservoir nilai dan keutamaan, bukan lagi rumah bagi dialektika peradaban dan kehidupan, tradisi tersisa tak lebih dari sekadar aksen tata ekonomi para serigala; homo homoni lupus.
c.Kerakyatan
Dalam Piramida sosial politik nasional semacam ini, rakyat adalah korban paling menderita dari disorientasi kebangsaan dan kebudayaan. Problem pemiskinan, ketidakadilan, dan penindasan sistemik menjadi keseharian dalam kekuasaan dan kebudayaan yang tidak diabdikan kepada warga Negara maupun kemanusiaan.

Perjuangan cita-cita kebangsaan mutlak didasarkan pada terciptanya transformasi kebudayaan yang berwatak kerakyatan:
1.bagaimana memperbaharui kembali gagasan bangsa sebagai rumah bersama, sekaligus rumah perjuangan hidup bersama yang dipenuhi solidaritas-keadilan-kemanusiaan
2.Bagaimana memulihkan kebudayaan sebagai reservoir sekaligus bahasa dialektika peradaban dan makna kehidupan?
3.Bagaimana menjadikan rakyat kembali berada di tata politik, tata ekonomi dan tata kebudayaan kita, Republik Indonesia.

Tetapi sejarah juga menunjukkan betapa sedikit demi sedikit, semakin jauh cita-cita ini dari perjalanan dan pergulatan kolektif Republik, gagalnya terbentuk fondasi demokrasi ekonomi seperti yang pernah digagas oleh para pendiri bangsa akibatnya rakyat adalah korban paling menderita

Indonesiaku Kini

Negara kita telah dikuasai kembali oleh BANGSA ASING…
yaitu bangsa yang asing akan negaranya sendiri

Enam puluh dua tahun seiring dengan perjalanan waktu untuk mewujudkan cita-cita pendiri Republik, ternyata bangsa ini belum juga menikmati kesejahteraan sebagaimana yang selalu dijanjikan rezim yang sedang berkuasa. Orde Lama dengan politik NASAKOM-nya telah gagal membawa kemakmuran bangsa. Tiga puluhan tahun pemerintah Orde Baru sebagai pengganti Orde Lama dengan tahapan REPELITA-nyapun ternyata belum juga mampu mewujudkan cita-cita kita bersama. Korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi budaya, telah merongrong nasionalisme dan integritas bangsa. Pembodohan yang dilakukan Orde Baru telah membakar amarah bangsa kita yang kemudian melahirkan gerakan reformasi menumbangkan rezim penguasa Orde Baru.

Pemerintah era reformasi telah berjalan hampir satu dekade, namun belum juga nampak adanya perubahan yang signifikan sesuai dengan amanat Reformasi. Krisis multidimensi akibat kekurangmampuan pengelolaan aset nasional ditambah lagi dengan bencana alam yang terjadi secara bertubi-tubi telah menyebabkan bangsa ini kian terpuruk. Bahkan di era ini, kondisi bangsa makin terombang-ambing di antara banyak kepentingan global. Sungguh ironis dan tragis pengelolaan bangsa ini, sehingga dirasa perlu adanya suatu koreksi mendasar terhadap arah manajemen Republik ini agar jati diri bangsa dapat ditemukan kembali.


Revitalisasi Nilai Budaya Nasional

“al ben ik Westers opgevoedt, ik blijf en ben een Javaan”
“Walaupun saya dididik cara Barat (baca: Globalisasi),
Saya tetaplah orang Jawa (baca: Indonesia)”

- Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Upaya strategis yang dapat dilakukan segera adalah dengan menumbuhkan kembali semangat kebangsaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Semangat kebangkitan nasional yang mengandung nilai-nilai kesatuan, pengorbanan dan nasionalisme perlu dikenalkan, dipahami untuk kemudian diteladani oleh seluruh lapisan masyarakat. Perubahan mindset serta moral bangsa melalui “Nation & Character Building” perlu dilaksanakan agar kesadaran kolektif, rasa nasionalisme dan jati diri bangsa dapat tumbuh kembali. Hal ini penting untuk mengisi kemerdekaan NKRI yang berdaulat, sejahtera dan berkeadilan sosial.

Sudah saatnyalah kita harus memulai untuk mengawali upaya-upaya perbaikan bangsa dan negara dalam menyongsong masa depan. Berbekal prespektif yang luas mengenai berbagai dimensi baik idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya maupun pertahanan dan keaman, generasi muda secara proaktif mengambil peran sebagai inisiator dalam menciptakan visi bersama untuk mewujudkan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang maju, sejahtera dan berdaulat. Visi yang tercipta diharapkan dapat melengkapi ketiga ikrar Sumpah Pemuda yang telah mampu menyatukan Bangsa dan Negara selama ini. Komitmen bersama pemuda akan menuju kesempurnaan yaitu: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa dan Satu Visi, Indonesia, dalam menggelorakan semangat seluruh bangsa untuk memajukan Negara dan mencapai kesejahteraan warganya.
Solusi

Mempersiapkan generasi muda Indonesia masa depan
sebagai agent of change (pelopor pembaharuan) untuk kejayaan Bangsa

Menengok kembali masa ketika Kebangkitan Nasional tahun 1908 dicetuskan serta Sumpah Pemuda tahun 1928 dikumandangkan, para pejuang bangsa kala itu tergolong masih muda. Para pemuda inilah yang membakar semangat jiwa kebangsaan dan yang mampu membuahkan hasil luar biasa yaitu semangat jiwa kebangsaan dan yang mampu membuahkan hasil luar biasa yaitu KEMERDEKAAN. Belajar dari pengalaman tersebut, timbul suatu gagasan serta kesadaran bahwa disaat negeri kita terpuruk karena berbagai masalah dan beban yang dialami, maka bangsa ini mencoba kembali menyandarkan harapannya kepada para pemuda kita. Dalam kondisi sulit saat ini dan menghadapi tantangan hidup ke depan yang semakin kompleks, bangsa Indonesia membutuhkan energi baru yang mampu mengobarkan kembali semangat nasionalisme dan patriotisme. Oleh karena itu, pemuda sebagai pemegang estafet kepemimpinan Negara dituntut mampu memvisualisasikan impian bangsa di masa mendatang, mengemasnya menjadi SATU VISI BERSAMA dan mengikrarkannya, selanjutnya mewujudkan visi tersebut dalam misi, program, serta kegiatan yang berkelanjutan berupa:
1.Menemukenali permasalahan yang dirasa selama ini telah menghambat pencapaian cita-cita bangsa dan negara serta melakukan evaluasi serta instrospeksi guna melakukan perubahan mendasar untuk perbaikan situasi dewasa ini dalam segala hal (poleksosbudhankam)
2.Menggali asa atau impian generasi muda akan wujud, bentuk dan tujuan berbangsa dan bernegara di masa depan dan mewujudkannya dalam suatu kesepakatan bersama
3.Melakukan kegiatan secara berkelanjutan sebagai aktualisasi kesepakatan bersama yang mampu mendorong terciptanya perilaku dan sistem baru yang kondusif, inovatif, pro kemajuan dan perkembangan jaman dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan yang tetap bersendikan pada budaya sebagai tulang punggungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar